Senin, 28 September 2015

selamat malam gelap
indahmu tak henti - hentinya menyelimuti
tak pernah mengeluh sekalipun dalam sepi
tetap hadir tanpa lagi mengharapkan peduli

aku berharap mampu sepertimu malam
teguh dan tenang dalam cacian
dingin dan menghangatkan
pada mereka yang sedang terpejam

                                                           29/09/15 01.46 malang

Kebenaran akan Kenyataan
30menit yang lalu aku merasa sangat kecewa, betapa hati tak mampu menahan lagi akan apa yang ada di dalamnya. Hal yang seharusnya mampu terselesaikan dengan hanya menatap cahaya mata, harus kembali menunggu dalam waktu yang seakan hanya Tuhan kini yang tau. Kebenaran kenyataan lah yang kemudian membuat ku terfikir kan akan apa yang namanya menyesal. Menyesal karna telah mengenalmu. Pertama kali setelah sekian lama dalam hidupku. Pertama kalinya aku memohon pada Tuhan untuk menghapus segala ingatan. Ingin hati menangis sejadi jadi nya namun hanya tawa yang mampu aku lakukan. Sendiri.
Entah angin apa yang mengajak ku kemari, mungkin karna aku tau ruang ini telah lama sunyi dan tak ada lagi yang akan tau tentang apa yang tertulis maupun tergambarkan disini.
Dalam sejarah hidupku ini adalah kedua kalinya aku berfikir untuk membunuh seseorang. Sungguh ingin. Pertama kali nya aku berfikir untuk itu adalah ketika ayahku harus menanggung hukuman atas kejahatan yang sama sekali tidak dia lakukan. Namun berjalannya waktu aku mengurungkan niat ku setelah melihat kakak ku benar - benar ingin melakukannya, janji kami yang akan kami lakukan satu tahun setelah kejadian yang menimpa ayahku. Aku mengurungkannya dan berbalik menahan kakakku untuk mengikhlaskannya pula. Dan ini adalah kedua kali nya aku berfikiran yang sama. Sempat kamu bertanya padaku "bagaimana jika aku ada disana dan melihatmu diperlakukan seperti itu". Saat itu aku tak menjawabnya, namun apa yang aku tau beberapa saat lalu membuat ku menjawab tanpa ragu. Aku akan menghentikan nafasnya. Sungguh !!! Ya!!! Setelah kenyataan yang aku tau saat aku mencoba membuka lembar putih ini. u are nothing, but evreything. 
Kebenaran akan kenyataan membalik kan semuanya. Dimanan aku yang seharusnya membuang segala kemarahan itu disini, kenyataan berbalik berkata padaku bahwa seharusnya aku lah yang harus disalahkan. Aku kecewa pada diriku sendiri. Seharusnya aku mampu menahanmu tetap disini. Seharusnya aku mampu untuk selalu menggenggam tanganmu. Seharusnya aku mampu tetap menjagamu. Seharusnya aku benar benar menjagamu. Aku lah yang patut disalahkan. Karna semua ini berawal dari sini. Maaf. Aku benar benar memohon maaf padamu. maaf.
Entahlah...aku terlalu bodoh untuk mampu mengungkapkan apa yang ada di dalam hati. Atau memang aku tak mampu berkata lagi...

Tak pantaslah sebenarnya aku menyebut nama Tuhan, karna aku bukan orang yang mengerti agama selayaknya, apalagi memahaminya. Namun aku selalu mengingat Tuhan ketika aku mengingatmu.
Tuhan...ampuni dosa - dosa kami.
Bee...Aku mengasihimu...
Tuhan...Kami mengasihimu...